Rabu, 12 April 2017

DATA KLB MBUA DENGAN AKURAT 2015-2017 YANG SUDAH MENEWASKAN 129 ANAK DENGAN ORANG DEWASA



     PEMERINTAH KABUPATEN NDUGA
DISTRIK MBUA

 LAPORAN TIM INVESTIGASI
TEAM LOKAL
KEMATIAN ANAK / BALITA DI KABUPATEN NDUGA PAPUA
TAHUN 2015-2017

  BAB I.
LATAR BELAKANG
Pembangunan yang dilakukan pada masyarakat Papua melalui Undang Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua ( UU Otsus), terdapat 4 (empat) sektor prioritas yang harus menjadi perhatian penting dari pemerintah daerah baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota di Papua, yakni sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan dan pembangunan infrastruktur Perumahan yang layak Huni
Pembangunan dibidang kesehatan telah dipertegas dalam Bab XVII, Pasal 59 UU Otsus. Pengaturan ini dimaksudkan agar memberikan solusi atas persoalan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di provinsi papua. Penduduk di Provinsi Papua pada umumnya dan khususnya orang asli Papua, dalam berbagai kebijakan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah belum dapat menjawab permasalahan dibidang kesehatan, padahal aspek kesehatan adalah salah satu hak asasi manusia yang telah diatur dalam berbagai instrumen hukum internasional dan instrument hukum nasional dan menjadi kewajiban negara untuk memenuhi hak tersebut.
Kebijakan otonomi khusus sebagai peluang bagi penduduk dan orang asli Papua diharapkan dapat menjawab permasalahan masyarakat dibidang
Perumahan Layak Huni,kesehatan.
Sektor ini harus mendapat perhatian serius agar terpenuhinya kesehatan yang layak serta adanya pengembangan sumber daya manusia Papua untuk mengejar ketertinggalan dalam aspek ilmu pengetahuan dengan adanya skill yang memadai untuk siap membangun dirinya dan daerah menuju suatu kualitas hidup yang lebih baik. Sektor kesehatan mendapat perhatian melalui pengaturan dalam Pasal 34 huruf e yakni adanya alokasi dana berupa penerimaan khusus yang dapat dipergunakan untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Selain dari penerimaan khusus adapula sumber pendanaan lain yakni yang berasal dari bagi hasil sumber daya alam sector pertambangan minyak-gas alam dalam Pasal 56 ayat (1) Undang Undang Nomor 21 Tahun 2001. Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Otsus dengan tegas menyatakan tentang kewajiban pemerintah provinsi untuk menetapkan standar mutu dan memberikan pelayanan kesehatan bagi penduduk. Selain itu, diatur pula kewajiban pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota untuk menanggulangi penyakit-penyakit endemis atau penyakit-penyakit yang membahayakan kelangsungan hidup penduduk. Kewajiban pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan penduduk, dilakukan dengan tidak membebani masyarakat yang kurang mampu secara social ekonomi namun memperoleh pelayanan kesehatan dengan biaya yang serendah-rendahnya .
Ketertinggalan pembangunan dibidang kualitas sumber daya manusia juga disebabkan oleh rendahnya kualitas hidup penduduk Provinsi Papua yang sangat dipengaruhi oleh rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dan gizi terutama terhadap penduduk yang berada didaerah terpencil. Keadaan ini pada dasarnya terdapat indikator tingginya
 kematian anak-anak dan balita yang sebabkan masih tingginya tingkat kematian bayi, tingkat kematian anak dan tingkat kematian ibu. Sebagaimana ditempat-tempat lain, mutu sumber daya manusia Papua juga ditentukan oleh tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya, selain sektor pendidikan, ekonomi dan sosial.
Sejak bulan Oktober, Nopember dan Desember   ini  terjadi kematian anak, ibu, dan orang dewasa di Kabupaten Nduga yang sampai saat ini belum ada  perhatian yang memadai  dari Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi maupun dari Pemerintah Pusat , sehingga kematian demi kematian terus dialami oleh penduduk namun ironisnya tidak ada sulusi  yang diambil oleh Pemerintah untuk menyudahi kematian masal di Kabupaten Nduga, Hal ini dikawatirkan lambat laun akan membunuh generasi penerus Orang Asli Papua di Kabupaten Nduga ataupun di Tanah Papua pada umumnya. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan amanat Otsus yang mengaamanatkan
Kematian ini menjebabkan rendahnya kualitas manusia di papua pada khususnya wilayah pengunungan,terutama kematian anak dan kematian ibu dalam tiap bualan  puluan orang meninggal Dunia

Kodisi kematian anak di Pap
BAB II
KRONOLOGIS KEJADIAN
1.       Kematian hewan di alam bebas

a)     Kematian katak :
Semua jenis katak yang ada dirawa, dihutan maupun di sungai rata-rata mati dengan tidak diketahui penyebabnya, kematian ini bukan satu persatu mati, namun secara masal dan dalam radius yang sangta luas
b)    Kamatian ikan
Setelah katak dialam terbuka mati, menyusul ikan-ikan di kolam, disungai juga mati secara masal dengan jumlah yang sangat banyak dan dalam radius yang sangat luas, Masyarakat tidak berani untuk memakan bangkai ikan, namun dikawatirkan ada sebagaian masyarakat yang memakan ikan dan menjadi penyebab kematian pada manusia.
c)     Kematian hewan lainnya
Hewan-hewan lain dihutan juga sebagaian mati mendadak seperti burung, kelelawar dll
Binatang yang mati di alam bebas
Katak dan ikan mati jika masyarakat pun
komsumsi binatang mati tersebut ini sala satu bukti kematian anak itu terjadi


Kematian hewan peliharaan

Setelah katak, ikan, maka hewan peliharaan juga mengalami kematian misterius, kematian berlanjut dari hari ke hari sampai sekarang seperti babi, ayam, kematian hewan peliharaan ini makin hari jumlahnya makin meningkat dan menyebar ke seluruh Distrik di Kabupaten Nduga data yang menghimpun Tim investigasi local  sebagai berikut :

No
Gereja/Kampung
Babi
Ayam
1
Desa Otalama
50
36
2
Desa Mbu
31
49
3
Desa Digilmo
61
25
4
Desa Kpgomaru
2
37
5
Desa Opma
47
51
6
Desan Arugia
46
23
Jumlah
Total
237
221
BAB III.
KEMATIAN ANAK/ BALITA
Sejak bulan Oktober, Nopember dan Desember 2015 sampai tahun 2016  dan 2017 jumlah total angka yang meninggal  96 anak ,29 orang dewwasa saat  ini kematian anak/ balita terus mengalami peningkatan, kematian ditandai dengan  panas badan, kejang kejang , batuk-batuk, demam dan dalam jangka waktu 6 jam maka si penderita akan meninggal dunia. Data dari setiap Distrik yang dapat dihimpun adalah sebagai berikut.
           
Kematian Balita di Distrik Mbua Kabupaten Nduga Papua.2015-17
DISTRIK
DESA
ANAK
DEWASA
JUMLAH
Mbua
Otalama
10
5


Dinggilmo
21
-5


Opmo
15
3


Yerusalem
19
4


Arugia
          7
2

Mbulmuyalma
Labrik
   15
3

Dal
Uburu
   4
5


Berabel
5
2

JUMLAH

96
29
129

Angka jumlah ini semakin meningkat terus menerus sampai saat ini
 karena kurangnya perhatian Pemerintah daerah maupun Pemerintah Pusat untuk menangani Kasus ini secara serius .
sala satu Faktor utama adalah belum ada petugas medis yang di tugaskan  di Distrik Mbua ,Dal, dan Bulmu Yalma  sampai detik ini
walapun banyak Tim yang di turunkan dari Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah untuk  menangani kasus ini ke TKP namun sayangnya
yang di turun Disana adalah apart aparat TNII/POLRI jika Masyarakat sempat pengungsi satu malam ke Htan-Hutan karena petugas tibah jam 10 Malam dengan 12 strada di lengkapi dengan senjatah Berat.
Sekarang Distik Mbua Dal Yigi bukan di isi dengan pihak kesehatan namun Aparat TNI yang  menguasi Kantor distrik jika pendekatan antara masyarakat dengan Aparat TNI yustru lebih rumit

BAB IV.
PENANGANAN DARI PEMERINTAH

1.         Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Nduga telah beberapa kali turun ke lapangan/lokasi untuk melihat kejadian yang sebenarnya, namun tidak tuntas karena hanya beberapa lokasi yang dilihat dan tidak dipantau secara terus menerus dan sampai saat ini tidak ada kejelasan penanganannya dan malah bersikap seolah olah tidak ada kejadian.
Dan Bupati sendiri melangsirkan beberapa media cetak Bahwa kejadian kematian anak di Distrik Mbua Wilayah Mbua Kabupaten Nduga adalah Kutukan
Ini sala satu media cetak yang seorang Bupati Nduuga Muat

2.         Pemerintah Provinsi.
Kita akui bahwa Pemerintah Provinsi juga  pernah menurunkan Tim untuk menyelidiki musibah kemanusiaan tersebut, namun tidak tuntas dan hanya berkunjung di beberapa Distrik dan laporannya juga tidak akurat sehingga solusi pencegahannya juga tidak tepat sehingga sampai saat ini masih terjadi kematian anak/ balita
3.         Pemerintah Pusat
Pemerintah Pusat tidak begitu jelas apakah sudah pernah melakukan penelitian dan turun ke lapangan atau tidak, masalahnya  instruksi pencegahan musibah kemanusiaan tersebut belum pernah ada dari pemerintah pusat, Kalaupun ada TIM hanya mengumpulkan laporan laporan dan dibawa ke Jakarta seolah olah hal tersebut merupakan hasil penelitian, Makanya sampai saat ini belum ada solusi yang baik untuk   mencegah kematian Balita dan orang dewasa di Kabupaten Nduga.    
BAB V.
KESIMPULAN

       Dari uraian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
1.      Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat tidak menangani masalah kematian balita Distrik Mbua Kabupaten Nduga dengan serius dan malah dengan sengaja melakukan pembiaran kematian masyarakat Nduga hal ini terbukti yang sampai saat ini tidak ada solusi atau kebijakan yang diambil Pemerintah untuk mencegah kematian Balita/anak. Hal ini dikawatirkan generasi Orang Asli Papua asal Kabupaten Nduga akan mengalami kepunahan.

2.      Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Pusat tidak melakukan pencegahan kematian hewan yang berada di alam terbuka maupun hewan peliharaan, hal ini dikawatikan akan mengakibatkan punahnya hewan-hewan langka ataupun hewan peliharaan dan hewan endemi lainnya hal ini juga mengakibatkan berkurangnya pasokan gizi hewani yang sangat dibutuhkan untuk penyokong perrtumbuhan masyarakat Nduga pada umumnya.

3.      Dana Otonomi Khusus untuk sektor kesehatan adalah prioritas utama sehingga  pelayanan kesehatan diseluruh Papua harus diutamakan termasuk pelayanan kesehatan di Kabupaten Nduga.

4.      Peristiwa kematian Balita, maupun hewan-hewan  diduga  penanganannya dilakukan melalui system  “ PROYEK “. Tujuan utama bukan mencegah musibah            “ KEMATIAN Balita, , dan hewan “  tetapi semata-mata menghabiskan sejumlah  anggaran proyek atau di “ bisniskan “ sehingga sampai  saat ini belum ada solusi pencegahan musibah kematian tersebut.
 
BAB VI.



REKOMENDASI
a.       Pemerintah Kabupaten Nduga, Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Pusat harus  segera melakukan pencegahan musibah kematian balita,  serta hewan peliharaan  di Kabupaten Nduga. dan harus menemukan penyebab KEMATIAN.

b.      Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Pusat harus menambah tenaga medis untuk Kabupaten Nduga.

c.       Pemerintah Kabupaten Nduga, Pemerintah Provinsi Papua, harus memperlancar penyaluran bantuan makanan bergizi,dan Obat-obatan.

d.      Pemerintah segera membentuk TIM Investigasi untuk mencari penyebab kematian anak/balita

e.       Pemerintah harus mengusut oknum-oknum yang main-main anggaran proyek dibidang kesehatan dalam rangka penanganan musibah di Kabupaten Nduga karena diduga ada oknum tertentu yang menyelesaikan kegiatan yang di bisniskan;

f.       Musibah Nduga ini apabila dibandingkan dengan peristiwa di Kabupaten Tolikara beberapa waktu lalu lebih dasyat dampak psykologisnya sehingga Bupati, Gubernur, Menteri, Presiden  harus turun ke Kabupaten Nduga untuk melihat musibah kematian masal yang dialami anak/ balita diKabupaten  Nduga, dan jangan sampai pemerintah dituduh  melakukan pembiaran pembunuhan secara sistematis.

Demikian laporan kami, semoga laporan  ini dapat dipergunakan untuk mengambil langkah langkah nyata untuk pencegahan musibah kemanusiaan di Kabupaten Nduga maupun Provinsi Papua pada umumnya.

Walaupun peristiwa ini terjaddi
Sekian terima kasih.

KLB di Distrik Mbua Sudah Tewaskan 55 Anak, Bupati Bilang Penyakit Kutukan
bupati-nduga.jpgJayapura  (SP)—Bupati Kabupaten Nduga, Yairus Gwijangge menduga penyakit misterius yang terjadi di Distrik Mbua Kabupaten Nduga yang sudah menewaskan sedikitnya 55 anak ada kaitannya dengan perang saudara yang terjadi satu tahun silam dan belum di selesaikan secara adat.
“Analisa apa pun terhadap penyakit misterius yang terjadi didaerah saya tidak akan membuahkan hasil, saya menilai itu penyakit kutukan, karena selama ini perang saudara atau perang suku di Nduga yang terjadi satu tahun silam belum dituntaskan dengan baik”, kata Yairus kepada wartawan di Jayapura, Sabtu (16/1/2016) semalam.
Diakuinya bahwa, selama terungkapnya kematian massal di Disrik Mbua di media, memang banyak komentar dari masyarakat bahwa Pemerintah Nduga tidak menangani penyakit misterius ini dengan serius dan tidak mau turun ke lapangan.
“Saya akui secara pribadi akui hal itu. Sampai saat ini saya sendiri belum pernah turun ke di Distrik Mbua, selama ini hanya Wakil Bupati yang sudah dua kali saya perintahkan untuk turun mengecek perkembangannya, tapi  ada tenaga medis yang saya tempatkan disana untuk menangani penyakit misterius itu,” ucapnya.
Selaku Kepala Daerah, Yairus telah meminta petugas teknis yang ada disana untuk mengecek dengan serius apakah kematian itu disebabkan penyakit atau mungkin masalah adat yang belum didudukan atau diselesaiakan secara adat dengan baik.
Menurut Yairus, hampir satu tahun setengah sejak tahun 2013, pernah terjadi perang saudara antar masyarakat Kabupaten Nduga di Kota Wamena. Lalu kemudian pada saat penyelesaian akhir perang itu, tidak didudukan dengan baik adat secara baik.
“Saya salah satu korban yang selama ini merasa perang saudara itu belum didudukan secara baik. Hingga imbas dari perang saudara itu, kini membawa korban tidak bersalah sampai sekarang, dengan timbulnya penyakit misterius itu,” ungkapnya.
Yairus menandaskan, tidak perlu mencari obat dan tenaga medis yang ahli sampai keliling dunia untuk menyelesaikan penyakit misterius ini.
“Sudah banyak tenaga medis yang kita kirim, baik dari pusat, provinsi mau pun kabupaten sendiri,  tapi tidak memberikan solusi dalam menuntaskan penyakit misterius tersebut.  Solusi untuk menyelesaikan persoalan ini, hanya ada melalui orang-orang yang terlibat dalam perang, seperti saudara Eliezer Tabuni, Dinar Kelnea, Wentius, Paulus G, Lok Lokbere dan beberapa orang yang terlibat dalam peperangan” jelasnya.
Yarius menghimbau agar orang-orang yang terlibat  dalam perang saudara ini kembali mendudukan masalah perang saudara itu kembali. Sebab apabila masalah perang saudara ini tuntas, maka dengan sendirinya penyakit kutukan ini akan berhenti dengan sendirinya.
“Solusinya oknum yang terlibat perang suku itu harus dihadirkan. Mereka harus dudukkan adat dengan baik. Maka pemulihan secara massal akan terjadi. Lalu saya juga secara pribadi akan turun ke Mbua untuk melakukan pemulihan. Saya kalau hadir ke Mbua juga tidak berani makan disana, karena kuatnya masalah adat di Kabupaten Nduga, “ kata Yariu.
Dirinya khawatir  kalau hal  ini dibiarkan terus-menerus, maka korban terhadap masyarakat  yang tidak bersalah khususnya anak-anak akan terus berjatuhan.
“Kematian secara massal ini tidak dilakukan oleh seseorang. Ini bersumber dari ketidak beresan penyelesaian adat dari masalah perang saudara, jadi apa pun yang disampaikan aktivis HAM atau pemerhati kesehatan tidak akan membuahkan hasil, kalau hanya meminta pemerintah menyelesaikannya, ini penyakit kutukan, namanya orang Nduga adatnya sangat kuat dan selalu mendahulukan adat ketimbang agama”, kata Bupati lagi.
Sementara itu staf Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, Ahmad mengatakan hingga kini korban tewas akibat terserang penyakit pertusis menyebar di tiga distrik. Seperti di wilayah Mbua, Kabupaten Nduga, sudah 55 orang yang tewas.
“Terakhir ada lima balita yang meninggal. Beberapa hari lalu ada satu bayi meninggal yang dibakar oleh keluarganya. Kematian balita di Mbua masih terus bertambah hingga sekarang,” ujarnya, Senin (11/1/2016).
Menurut dia, keterbatasan tenaga kesehatan dan fasilitas pendukung menjadi kendala utama penanganan KLB penyakit pertusis di Mbua.
“Di Puskesmas Mbua hanya ada satu perawat dan dua bidan eks misi. Kondisi geografis di sana juga sangat sulit. Kami dari Dinkes Nduga turun membantu Puskesmas Mbua untuk menangani masalah ini,” tutur Ahmad.
Ia juga menuturkan, tiga distrik di wilayah Mbua yang terserang penyakit pertusis itu sangat jauh letaknya dari Kenyam, ibu kota Kabupaten Nduga.
Perjalanan ke Mbua dari Kenyam membutuhkan waktu selama satu pekan melalui jalan setapak melewati hutan belantara dengan medan berat menyusuri gunung-gunung terjal dan sungai-sungai besar.
Alternatif lain menuju Mbua menggunakan pesawat terbang dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari Kenyam.
Sebelumnya di pertengahan Desember 2015 lalu, Kementerian Kesehatan telah mengirimkan tim untuk meneliti penyebab kematian para anak balita di Distrik Nduga tersebut.
Dimana setelah menguji sampel warga dan diuji laboratorium, menunjukkan ada dua macam kuman yang menjangkit di daerah tersebut.
Hasil uji laboratorium menunjukkan ada kuman Pneumococcus danJapanese encephalitis. Dua macam kuman penyakit itu umum di Indonesia dan paling berisiko bagi anak-anak.
”Pneumococcus itu kependekan dari Streptococcus pneumonia dan tergolong bakteri,” ucap Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio seperti dikutip dari Harian KOMPAS (5/12/15).
Bakteri itu khas di saluran pernapasan, termasuk pada saluran napas orang sehat namun biasanya tidak memicu penyakit. Orang yang rentan terinfeksi adalah anak-anak dan orang lanjut usia karena daya tahan tubuh mereka lebih lemah.
Mayoritas penyakit akibat Streptococcus pneumonia terjadi pada anak-anak. Penyakit bisa berupa pneumonia atau radang paru-paru serta gangguan pendengaran. Infeksi juga bisa terjadi di bagian saluran pernapasan lain seperti sinus (rongga kecil di belakang tulang pipi dan dahi).
Gejala anak yang tertular bakteri itu antara lain sakit tenggorokan, muntah, demam, dan kejang-kejang. Jika menyerang paru-paru, bisa menyebabkan kematian. Meski sudah ada vaksin Streptococcus pneumonia, itu belum jadi bagian program imunisasi yang dijalankan pemerintah karena harganya mahal dan masih dikaji efektivitasnya.
Sementara virus Japanese encephalitis bisa menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Biasanya, virus ini ditemukan pada babi dan unggas liar, dan ditularkan ke manusia lewat gigitan nyamuk. Jika virus menyerang jaringan saraf, angka kematiannya 60 persen. Mayoritas pasien sembuh. Gejala yang biasa ditemukan ialah demam.
Kelompok rentan terserang Japanese encephalitis adalah anak-anak hingga remaja karena sistem kekebalan tubuh lemah.
Cara pencegahannya antara lain menjaga kebersihan lingkungan, terutama mencegah nyamuk berkembang biak. Jika memelihara babi, jaga kebersihan kandang. ”Pengobatan untuk mengatasi demam,” ucap Amin. (TR/AMR/R1/C)

LAMPIRAN :
Foto Kematian anak/Balita
Mbua  9 Desember 2015
PELAPOR
TIM INVESTIGASI
NO
NAMA
KETUA/ANGGOTA
TANDATANGAN
1
ERIAS GWIJANGGE
Ketua TIM

2
DINARD KELNEA ,S.Sos
Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Nduga
Anggota TIM

3
Emus  M Gwijangge,ST
Anggota DPRP PROPINSI PAPUA

Anggota TIM

4
RONI LOKBERE S.Kom
Tim Lapangan

Anggota TIM

5
ARTEPAN TABUNI S.Ip
Tim Lapangan

Anggota TIM

6
WAINUS LOKBERE
Anggota TIM

7
HERLIUS  GWIJANGGE
Tim Lapangan
Anggota TIM

MENGETAHUI
KEPALA DISTRIK MBUA



ERIAS GWIJANGGE, SIP
NIP. 197703232010041001

    
Line Vidio KLIF
SILAKAN  buka
Wawancara Net Tivi dg  Roni Lokbere  Ham di papua

Data Line Pihak Kesehatan Propinsi Papua



Tidak ada komentar:

APARAT KEAMANAN BELAJAR FUNGSI DARI PADA TUGAS POLISI BRIMOB adalah bagian penegak hukum maka polisi belajar banyak tentang KHP Hukum pidana dan hukum perdata .

lembaga pemasyarakat (lp) katanya tempat pembinahan atau tempat pembunuh orang . APA TUGA POLISI Untuk menjamin ketertiban dan tegakny...